Bahasa Ibu Menjadi Nafas Baru dalam Puisi Kontemporer Indonesia

Bahasa ibu kini mulai menemukan ruangnya yang lebih luas dalam dunia puisi kontemporer Indonesia. Dari Sumatera hingga Papua, para penyair muda maupun senior mulai menulis dengan bahasa daerah sebagai bentuk ekspresi budaya dan identitas.


Fenomena ini menunjukkan bahwa puisi tak hanya hidup dalam bahasa Indonesia formal, tetapi juga tumbuh subur dari akar budaya lokal. Bahasa Jawa, Sunda, Madura, Bugis, Minangkabau, hingga Ambon mulai sering muncul dalam antologi dan festival sastra.


Pakar linguistik Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Dr. Fitriya Rahmadani, menilai bahwa penggunaan bahasa ibu dalam puisi merupakan bentuk perlawanan halus terhadap dominasi bahasa tunggal.

 

“Ini bukan sekadar romantisme bahasa daerah, tapi juga cara untuk merawat identitas kultural yang semakin terpinggirkan oleh arus globalisasi,” ujarnya kepada Jatimku.com, Rabu (4/6).


Beberapa penyair seperti Joko Pinurbo, Acep Zamzam Noor, hingga penyair muda dari komunitas sastra di Banyuwangi dan Tulungagung, telah mulai memasukkan idiom lokal dalam karya mereka. Bahasa ibu di tangan mereka bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga simbol pengalaman, sejarah, dan rasa yang khas.


Sayangnya, keterbatasan pembaca dan akses distribusi masih menjadi tantangan. Namun di era digital, puisi dalam bahasa ibu mulai banyak ditemukan di media sosial, podcast, hingga video pendek di TikTok dan Instagram.


Fenomena ini dianggap sebagai momen penting dalam perkembangan sastra Indonesia. Bahasa ibu yang dulu hanya dipakai di rumah atau lingkungan terbatas, kini bangkit menjadi kekuatan estetik dalam puisi kontemporer.

 

“Kami tidak sedang mengasingkan diri, justru sedang mengundang dunia untuk melihat keunikan kami,” tulis seorang penyair muda asal Blitar dalam catatan puisinya berjudul “Sakjane”.


Sastra Indonesia kini melangkah ke arah yang lebih inklusif. Bukan hanya nasional, tapi juga lokal — dengan suara-suara kecil yang makin lantang lewat bait-bait puisi.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Bahasa Ibu Menjadi Nafas Baru dalam Puisi Kontemporer Indonesia"

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.