Pengalaman Kontrak Novel Menjadi Film oleh Mia

 



Notula Sharing with Mia Chuz

“Pengalaman Kontrak Novel Jadi Film”

Sastra Indonesia Org

 

Penyelenggara

Komunitas Sastra Indonesia Org (SIO) yang disponsori oleh AE Publishing.

Founder SIO dan owner AE Publishing: Anisa AE    

Ketua SIO: Anjar Lembayung

Narahubung dan moderator: ImuniQ

Notulis: Fajriy

Tentang Pemateri

Data Diri

Nama              : Eria Chuzaimiah

Panggilan       : Mia

Nama Pena     : Mia Chuz

Tempat Lahir : Jakarta

Domisil           : Bekasi

Anak               : 3 putri

Pendidikan:

SMP Palembang tahun 1991

SMA Palembang tahun 1994

Universitas Andalas Jurusan Teknik Industri tahun 1997

Pekerjaan:

IRT

Kegiatan:

ü Mengajar di Rumah Tahfiz Anak dan Balita Rabithah

ü Menulis

Novel yang sudah diterbitkan:

1. Wedding Agreement terbit tahun 2018, diangkat ke layar lebar dengan judul yang sama oleh Starvision tahun 2019. Sekarang tayang di VIU Indonesia.

Tahun 2019 terbit di Elex Media.

2. Rania (Lantunan Cinta di Sepertiga Malam) tahun 2019, kolaborasi bersama Ust. Nasrullah, penulis dan motivator Rahasia Magnet Rezeki

3. Dearest Mai, terbit bulan Oktober 2019 di penerbit Katadepan.

Motto:

Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain.

Sharing

Sharing materi melalui podcast dan tertulis berikut ini:

Assalamu’alaikum. Perkenalkan, saya Mia Chuz. Sore ini saya akan berbagi sedikit tentang bagaimana sebuah novel bisa diangkat ke layar lebar. Saya akan sharing berdasarkan pengalaman yang saya alami, dan juga dari beberapa penulis yang saya kenal, yang novelnya juga diangkat ke layar lebar. Sebelum masuk ke tips, saya akan mengajak teman-teman melihat dunia perfilman kita saat ini.

Ada yang suka nonton? Yang setiap pekan nonton bioskop, ada? Yang suka nonton di VIU? Atau nonton di Youtube, mungkin? Teman-teman tahu apa yang sedang tren saat ini di dunia perfilman? Nah, kalau teman-teman mau novelnya diangkat ke layar lebar, coba deh, menjadi pengamat. Genre apa yang sedang ramai diminati, tonton filmnya, pelajari jalan ceritanya, dan buat kisah serupa. Tidak semua film mainstream, sih. Ada juga film-film yang nggak ngikutin tren, malah jadi box office. Namun, biasanya PH cenderung mengikuti pola yang sama. Kalau sebuah film sudah ketahuan sukses, maka film sejenis akan dibuat lagi.

Sekarang banyak novel yang dijadikan film, karena memang banyak cerita bagus yang ditulis oleh penulis zaman sekarang. Asma Nadia, Raditya Dika, Risa Saraswati, Kang Abik, Tere Liye, Dee Lestari, Pidi Baiq, Ika Natassa, Ilana Tan, dan lainnya, mereka langganan novelnya dijadikan film. Baru-baru ini juga ada Luluk HF dengan Mariposa dan Glenn Anggara. Termasuk saya, he he, alhamdulillah novel saya diangkat ke layar lebar. Sudah pada nonton Wedding Agreement? Kalau belum, langsung nonton yang di VIU.

Coba lihat deretan penulis di atas. Mereka bukan anak baru kemarin alias bukan menulis setahun dua tahun, tapi sudah beberapa tahun, dan sudah menghasilkan banyaaaak novel juga. Artinya apa? Artinya, awalnya mereka konsisten menulis. Dan akhirnya ada yang tertarik mengangkat kisah di novelnya ke layar lebar. Jadi bukan baru menulis satu novel lalu berharap langsung difilmkan. Berharap, sih, boleh, tetapi jangan dijadikan tujuan akhir. Karena kalau tujuan kita menulis untuk difilmkan, terus … kalau enggak jadi film, apakah akan berhenti menulis?

Saya akan cerita sedikit, bagaimana novel saya bisa diangkat ke layar lebar. Wedding Agreement adalah novel pertama saya yang cetak. Namun, bukan cerita pertama yang saya tulis. Saya menulis di Wattpad sejak 2017. Sampai awal 2018, sudah 9 cerita yang saya tulis di Wattpad, dan Wedding Agreement adalah cerita saya yang ke-10. Cerita yang pertama kali saya tulis, Dearest Mai, sekarang sudah terbit dan tersedia di toko buku, itu asli hancur dan alay. He he.

Saya menulis modal nekat, karena enggak punya dasar kepenulisan. Enggak paham dialog tag. Enggak ngerti PUEBI. Enggak ngerti diksi yang bagus itu kayak gimana. Pokoknya, nulis aja dulu.

Dulu saya pakai akun samaran, karena malu, takut ketahuan teman-teman lain kalau saya menulis. Malu kalau tulisan saya enggak bagus. Akun WP saya viveramia. Namun, setelah menulis dan ada yang baca, saya jadi senang banget. Walau cuma satu dua yang baca dan komen. Makin lama makin banyak yang baca, membuat saya semakin rajin update cerita.

Saya sadar sepenuhnya kalau tulisan saya masih amburadul, maka dari itu saya belajar lagi. Iyes. Saya browsing, bagaimana menulis yang baik. Saya mencari mentor dan ikut kelas kepenulisan. Saya bergabung dengan komunitas menulis. Saya baca novel-novel penulis terkenal dan belajar menulis dari novel mereka. Saya terus belajar dan tulisan saya menjadi lebih baik. Semakin banyak yang membaca cerita saya. Sampai puncaknya ketika saya posting Wedding Agreement di Wattpad dan FB secara berkala. Banyak yang suka. Banyak yang baca. Banyak yang share.   

Sampai akhirnya ada penerbit yang meminang tulisan saya untuk diterbitkan. Waktu itu pertengahan 2018, akhirnya saya memutuskan untuk Self Publishing. Dari sana saya banyak belajar tentang duni penerbitan. Terus … bagaimana akhirnya bisa difilmkan?

Nah, begini ceritanya. Novel yang masih dalam bentuk pdf, saya berikan ke seseorang yang masih ada hubungan keluarga dengan suami saya. Dan … seseorang itu adalah sutradara. Pernah menonton Tetangga Masa Gitu dan OK JEK di Net TV? Nah, itu dia sutradaranya. Setelah dia baca, ternyata dia SUKA. Aku kasih capslock karena dia emang seSUKA itu sama novelnya. Sampai beberapa bulan kemudian dia ingin membuat film dari novel yang saya tulis. Dia menawarkan novel saya ke Starvision. Apakah langsung diterima? Tentu tidak, he he.

Saya tidak tahu bagaimana prosesnya, tetapi awal tahun 2019, sutradaranya menghubungi saya dan mengatakan kalau Starvision berminat untuk menfilmkan novel saya. MasyaAllah. Saya sama sekali enggak nyangka dan merasa semua mimpi. Kok bisa? Ternyata bisa, kalau Allah sudah berkehendak, apalagi hanya membuat film saya naik ke layar lebar. Semua mudah bagi Allah. Saya merasa tidak melakukan apa-apa. Saya hanya menulis dan berusaha semaksimal mungkin membuat cerita yang menghibur dan manfaat. Hanya itu. Sama sekali enggak kepikiran kalau suatu saat akan diangkat ke layar lebar.

Jadi … kalau ditanya tipsnya apa supaya novel yang kita tulis bisa difilmkan, maka buat saya:

1.          Perbaiki niat dalam menulis

Teman-teman, menulis buat apa, sih? Coba deh, tanyakan kepada diri sendiri. Apakah sudah punya niat yang besar? Sangat besar sehingga membuat teman-teman tidak akan berhenti menulis walau lelah dan capek?

2.         Belajar

Jangan berhenti belajar. Jangan merasa sudah bisa menulis, lalu berhenti belajar. Terus belajar. Banyak membaca, ikut kelas pelatihan, kalau perlu nonton film. Belajar dari  mana saja. Belajar dari siapa saja.

3.          Bersungguh-sungguh

Kalau teman-teman serius dan sungguh-sungguh, maka seharusnya teman-teman konsisten dalam menulis. Sehari berapa ratus kata? Berapa ribu kata? Kalau masih angin-anginan dalam menulis, artinya tidak sungguh-sungguh.

4.         Nikmati Proses

Membuat piramid tidak bisa dalam waktu semalam. Membuat Taj Mahal saja butuh puluhan tahun. Tidak ada sesuatu yang instan. Nikmati setiap proses yang teman-teman jalani. Jangan berhenti di tengah jalan. Jangan berhenti sebelum tujuan tercapai.

5.          Tawakal

Serahkan semua rencana kita kepada Allah, yang menentukan takdir manusia. Saya yakin, Allah sudah menetapkan novel saya Wedding Agreement difilmkan, jauuuh sebelum saya lahir. Saya dan teman-teman hanya menjalani apa yang sudah Allah rencanakan. Yakin kalau itu takdir kita, pasti tidak akan melewati kita. Dan yakin, apa yang tidak menjadi takdir kita, tidak akan datang kepada kita.

Saya berharap kita semua mengisi dunia literasi dengan hal-hal baik. Mengajak kepada kebaikan. Karena apa yang kita tulis akan Allah minta pertanggungjawabannya. Jadilah penulis yang memberi manfaat untuk orang lain. Niatkan tulisan kita menjadi amal jariah dan menjadi wasilah bagi berubahnya orang lain menjadi lebih baik.

Satu hal yang saya pegang, nasihat dari Mbak Oki Setiana Dewi ketika beliau hadir di acara nobar film Wedding Agreement. Beliau mengutip perkataan Imam Malik, “Sesuatu yang niatnya ikhlas karena Allah, pasti akan langgeng.” Niat sangat penting, dan seseorang akan mendapatkan apa yang diniatkannya. Dan niat karena Allah-lah yang akan membuat sesuatu akan berketerusan. Mudah-mudahan yang sedikit ini manfaat.

Tanya Jawab

Rangkuman pertanyaan-pertanyaan berikut hanya yang belum ada jawabannya pada materi sharing ataupun pertanyaan yang diajukan lebih dulu.

Penanya 1: Cityalphy

Pertanyaan 1: Bagaimana cara mengiriman naskah agar difilmkan? Apakah harus punya kenalan sutradara?

Jawaban: Sebaiknya memang kenal dengan kru filmnya, Mbak. Jadi lebih mudah prosesnya. Tapi bukan jaminan juga. Karena naskah yang masuk banyak sekali. Sama seperti naskah yang masuk ke meja editor. Lebih baik fokus memberikan naskah yang terbaik. Nanti karya kita yang akan membuktikan apakah layak difilmkan atau tidak. Walau kenal dengan sutradara tapi cerita enggak bagus juga enggak akan membantu.

Pertanyaan 2: Apa ada forum atau agen tertentu yang menerima novel untuk difilmkan?

Jawaban: Saya kurang tahu, Mbak. Apakah maksudnya semacam broker gitu? Setahu saya ada, kok, pihak yang suka jalan-jalan ke Wattpad untuk mencari naskah potensial dan menawarkan ke PH. Apakah itu untuk film atau FTV.

Pertanyaan 3: Apakah novel yang diangkat ke layar lebar itu murni cerita dari penulis atau ada penambahan maupun pengurangan alur?

Jawaban: Untuk film adaptasi novel pasti beda dengan novelnya, Mbak. Karena banyak yang harus dipertimbangkan. Film kan bahasa visual. Durasi juga jadi kendala, enggak mungkin memasukkan semua isi novel. Harus dipilih-pilih konfliknya. Kemudian, untuk membuat film lebih hidup juga harus dimasukkan banyak unsur. WA, kan, enggak ada komedinya, tapi kan bosan, ya, kalau serius melulu, makanya dimasukkan unsur komedi.

Pertanyaan 4: Apakah Teh Mia ikut dalam pembuatan film? Dan apakah penulis boleh menjadi salah satu tokoh di film?

Jawaban: Boleh, Mbak, tergantung kesepakatan dengan sutradara dan PH-nya saja seperti apa.

Pertanyaan 5: Pendapatan kita dilihat dari larisnya film atau gimana?

Jawaban: Hanya dari beli ide cerita, Mbak, kalau film memenuhi target tertentu biasanya ada bonus. Tapi kita dapat banyak kesempatan dan pengalaman yang jauh dari materi. Terutama bisa kenal dengan orang-orang film itu berharga, yang penting kita dikenal dulu, Mbak. Kita juga dapat profit dari penjualan novel yang naik karena novel kita difilmkan.

Penanya 2: Ester

Pertanyaan 1: Apakah penerbit mau menerima naskah dengan tema mainstream?

Jawaban: Biasanya penerbit punya pasar sendiri-sendiri. Kalau Mbak lihat buku Republika berbeda dengan Coconut, mereka punya kecendurangan masing-masing. Bisa jadi cocok di satu penerbit, tapi enggak di penerbit lain. Tema mainstream atau tidak tetap ada pasaranya, Mbak. Pastikan saja naskah kita adalah naskah terbaik. Novel Wedding Agreement itu kan mainstream, ya, pernikahan dijodohkan sudah banyak, tapi kita bisa bikin beda dari yang lain saat eksekusinya, sehingga menarik pembaca.

Pertanyaan 2: Ketika menulis di Wattpad, lebih bagus update sehari sekali atau seminggu sekali?

Jawaban: Kalau sanggup 1 hari 1 tulisan itu lebih baik, Mbak. Kalau enggak sanggup, bisa 2 kali 1 pekan tapi konsisten.

Pertanyaan 3: Bagaimana cara promosi yang baik?

Jawaban: Kuatkan personal branding, Mbak. Pastikan orang lain mengenal Mbak sebagai penulis

Pertanyaan 4: Aktris/aktor yang main film WA siapa yang pilih?

Jawaban: Dari sutradara dan PH, Mbak. Aku enggak paham dunia artis jadi nggak bisa kasih saran, hehe.

Penanya 3: Eravoty

Pertanyaan: Adakah rekomendasi untuk orang yang bisa mereview naskah kita?

Jawaban: Maksudnya untuk testimoni ya, Mbak? Untuk pemain TMG itu sutradaranya yang minta, Mbak, karena sudah kenal sebelumnya. Saya kalau minta testimoni biasanya ke penulis yang sudah saya kenal sebelumnya. Juga biasanya enggak mepet waktu karena mereka punya kesibukan.

Penanya 4: Rafika N. H

Pertanyaan: Kalau viewers banyak, tapi vote sedikit, apa juga bisa (difilmkan)?

Jawaban: Semua mungkin, Mbak. Tapi tadi, berikan yang terbaik untuk naskah kita. Perbanyak referensi, baca novel yang diangkat menjadi film, perhatikan polanya seperti apa yang disukai oleh PH.

Penanya 4: Noona

Pertanyaan: Apakah penulis juga terjun dalam penulisan script? Sejauh mana penulis berperan?

Jawaban: Sebenarnya PH hanya membeli ide cerita penulis, beli lepas, bukan sistem royalti. Penulis boleh kasih saran, tetapi tetap PH yang menentukan. Saya minta sama sutradara sekaligus penulis skenario untuk ikut menulis skenario, alhamdulillah diizinkan ikut.

Penanya 5: Hamidah Lubis

Pertanyaan: Biasanya, novel yang difilmkan itu seperti apa? Apakah romance? Adakah syarat-syarat tertentu?

Jawaban: Semua genre punya peluang, Mbak. Kalau tema horor itu seperti Mbak Risa Saraswati. Komedi itu Ernest, Raditya Dika, dll. Religi itu Kang Abik, Asma Nadia. Keluarga ada NKCTHI. Perjuangan itu ada Laskar Pelangi, Negeri 5 Menara. Jadi, pada dasarnya semua genre itu LAKU asalkan naskahnya keren.

Penanya 6: KhansaDyfka

Pertanyaan: Bagaimana dengan novel-novel kolaborasi? Yang baru terbit langsung direncanakan difilmkan, apakah ada kriterianya?

Jawaban: Biasanya naskah sebelum terbit sudah diberikan ke PH atau sutradara, kalau cocok bisa langsung naik layar lebar. Kriterianya tentu naskahnya harus keren, Mbak.

Penanya 7: El

Pertanyaan: Apa yang perlu disiapkan penulis untuk cerita yang akan difilmkan? Apa ada kendala?

Jawaban: Siapkan naskah terbaik dan menulis dengan hati. Kendala dalam menulis itu biasa, setiap penulis pasti punya kendala. Tapi kalau benar-benar cinta dengan tulisan yang kita buat, insyaAllah bisa dilewati dengan baik.

Penanya 8: Fieda

Pertanyaan: Sebaiknya naskah jual lepas atau royalti? Ada sarankah?

Jawaban: Kalau novel dijadikan film itu beli lepas Mbak, nggak ada sistem royalti.

Penanya 9: Diva

Pertanyaan: Bagaimana agar bisa konsisten ke satu karya sampai selesai? Kita cenderung membuat cerita baru daripada melanjutkan yang sudah ada.

Jawaban: Apakah ada jaminan cerita yang baru akan kita selesaikan? Atau malah ditinggalkan ketika mendapat ide baru lagi? Konsisten, Mbak. Selesaikan satu tulisan lalu pindah ke tulisan lain. Buat saya naskah yang baik itu adalah naskah yang SELESAI. Percuma cerita kita bagus tapi enggak selesai, mau dikirim ke penerbit juga enggak bisa :)

Pesan Terakhir

Kalau ingin cerita dijadikan film, pastikan ceritanya membawa kebaikan dan manfaat. Semua pasti akan Allah mintakan pertanggungjawabannya. Teman-teman di sini pasti ingin pembaca jadi lebih baik setelah membaca tulisannya.

 

Demikian notula sharing kali ini. Terima kasih telah mengikuti acara sampai selesai. Semoga bermanfaat. Sampai jumpa di acara sharing berikutnya.

 

Salam Literasi,

Penyelenggara

 

 

Sastra Indonesia Org bersama AE Publishing

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Pengalaman Kontrak Novel Menjadi Film oleh Mia"

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.