Cerpen - Teror Si Raja Setan - Fitriana Nurazmi - Sastra Indonesia Org




Teror Si Raja Setan
Karya: Fitriana Nurazmi


Yeslin merasa mulai gila, bagaimana mungkin ada orang waras yang terus menekan bel rumah orang di tengah malam begini. Ia berjalan ke arah jendela dan melihat bayangan seseorang berdiri di sana.
"Mau apa sih orang itu." Gerutunya.
Yeslin menutup tirai jendela dengan kasar dan memilih untuk mengabaikannya. Namun bunyi itu tak kunjung berhenti.
"Dasar gila!" teriaknya kesal. "Aku ingin tau siapa orang bodoh yang menekan bel di jam segini."
Ia melangkah dengan tangan mengepal erat dan wajah kesal penuh emosi. Yeslin merasa ia bisa menghajar orang itu detik ini juga.
Dibukanya pintu depan dan melangkah penuh tekad. Angin dingin berhasil membuatnya menggigil, Yeslin lupa memakai baju hangat.
Yeslin berjalan menuju pagar sambil memegang senter. Sinar senter menyinari wajah orang yang mengganggunya. Ia terkejut, senter terlepas dari pegangan tangannya.
Sinar tersebut padam. Yeslin terdiam kaku selama beberapa detik, sebelum ia berlari ketakutan.
"KYAAAAAAAA!!" Dan langsung menutup pintu rumahnya.
"Tidak mungkin, tidak mungkin ia masih hidup." Yeslin meraih ponsel dalam saku bajunya dan menekan sebuah nomor.
"Jesica ... orang itu ... dia masih hidup!" Yeslin berkata sambil menangis ketakutan, tubuhnya gemetaran, ia tidak tau harus melakukan apa. "Dia akan membuatku bertanggung jawab atas kematiannya."
"Kalau begitu kau harus bertanggung jawab." Yeslin terdiam sesaat. Ia tidak menyangka itu akan keluar dari mulut Jesica.
"Jangan bilang begitu, aku tidak mau mati, aku tidak mau masuk penjara."
BRUAKKK!!
Yeslin mundur dan tidak sengaja menabrak vase bunga hingga pecah. Lampu seketika padam.
PRANGKKK!!
"KYAAAAA!!" Yeslin menjerit nyaring mendengar bunyi kaca pecah. Dia tidak berani melangkah ada pecahan kaca di sekitarnya.
"Yeslin, kau di dalam?" Itu suara Robert. Yeslin merasa tenang. Dari mana Robert tau kalau ia sangat membutuhkannya sekarang.
"Ya, aku di dalam ... tolong aku .... Ada seseorang yang dari tadi mencoba masuk kemari."
"Buka, pintunya!"
"Tapi, aku takut bergerak, ada pecahan kaca di mana-mana."
"Hidupkan senter hp-mu dan melangkah hati-hati."
Yeslin menurut, ia berhasil mencapai pintu depan. Membukanya dan terkejut Sosok yang berdiri di sana dengan mulut pistol mengarah ke wajahnya.
"Hello Yeslin, apa kabar?" Seringai menyeramkan terlukis di sana.
"Kau?" Yeslin berjalan mundur.
Dengan gerak cepat lelaki itu maju dan mencengkeram leher Yeslin.
"Haruskah aku melepaskan orang yang telah membunuhku?!"
"Lepaskan!"
"Andai kau bersikap seperti kucing penurut, semua ini tidak akan terjadi."
"Aku tidak mau menjadi budakmu lagi!"
"Kalau begitu kau harus mati!"
DOORR!! DORRR!!
Yeslin terbangun dari mimpinya. Itu mimpi buruk paling mengerikan dalam hidupnya. Yeslin tersentak kaget, ia mendengar bunyi ketukan di pintu. Yeslin berjalan secara perlahan dan mengintip dari balik jendela. Jesica berdiri di sana dengan pakaian rapi dan make up tebal.


"Jesica!" Yeslin langsung membuka pintu dan memeluk sahabatnya itu. Ia menangis.
"Hei-hei, kau bisa membuat bajuku basah." Protes Jesica dan mendorong tubuh Yeslin menjauh. "Kau ini kenapa, sih?"
Yeslin menceritakan mimpinya kepada Jesica. Gadis itu mendengarkan dengan alis terangkat.
"Itu hanya mimpi, tidak perlu cemas," katanya santai.
"Bagaimana kau bisa bersikap sesantai itu? Kita baru saja membunuh orang."
"Tapi dia memang harus mati."
"Jesica!!"
"Kau hanya dihantui rasa bersalah, coba pikir, apa kau akan lebih baik jika dia masih hidup?"
"Tidak! Tapi dia juga tidak harus mati. Kenapa kau malah bersikap seperti ini?!"
Jesica terdiam ia menatap dalam mata Yeslin. "Karena aku membencinya. Dia merusak hidupku seperti orang-orang lainnya. Dia hanya menjadikan kita budaknya!! Dan ... tidak akan ada yang peduli, kalau orang seperti dia mati."
Malam itu Yeslin memilih tidak tidur, ia menajamkan pendengaran dan sesekali mengintip dari jendela ke pagar depan. Masih kosong seperti beberapa menit yang lalu.
Yeslin menarik napas lega. Namun tiba-tiba telinganya menangkap suara langkah kaki di luar jendela kamarnya. Astaga!!
Yeslin bergerak perlahan dan berjongkok di bawah jendela kamarnya. Sunyi, sepi, tidak terdengar satu suara pun. Mungkin hanya perasaanku saja.
Yeslin kembali ke tempat tidurnya. Dan terkejut mendapati Jesica tidak ada di sana. Suara langkah kaki kembali terdengar, tapi kali ini dari luar pintu kamarnya. Jantung Yeslin bergemuruh, tangannya sudah bersiap memegang botol parfume. Setidaknya aku bisa melempar botol ini ke kepalanya atau menyemprotkan kematanya.
Terlihat knok pintu bergerak turun dan pintu membuka perlahan. Yeslin tanpa aba-aba langsung menyemprotkan parfume ke wajah sang peneror.
"Yeslin!!" Yeslin terhenti, ia kaget mendengar teriakan Jesica.
"Maafkan aku, aku kira tadi itu ...."
Jesica menarik napas dalam. "Seharusnya kau lihat-lihat dulu, jangan asal semprot," katanya sambil bergerak ke tempat tidur. Yeslin mengikutinya. Jesica menoleh ke arahnya dengan kesal.
"Tadi kau ke mana?"
"Ke dapur! Aku lapar!"
"Setahuku tidak ada makanan di dapur."
Jesica diam saja, dari wajahnya terlihat ia tidak senang diintrogasi oleh Yeslin.
"Tadi kau dengar suara-suara mencurigakan?"
"Nggak!"
"Oh, yaudah. Selamat tidur."
PRAAANG!!
Jesica dan Yeslin sama-sama berdiri. Keduanya terkejut dan tidak menduganya. Tirai jendela kamar berkibar ditiup angin malam. Di sebaliknya terlihat tangan seseorang melangkah mencoba masuk. Yeslin dan Jesica terdiam kaku. Di depan keduanya berdiri tegak seorang lelaki dengan wajah penuh goresan.
Pria itu maju selangkah, membuat Yeslin langsung bergerak bersembunyi dibalik tubuh Jesica.
"Haruskah aku melepaskan orang yang telah membunuhku? Andai kalian tetap bersikap seperti kucing penurut, semua ini tidak akan terjadi."
"Aku tidak mau menjadi budakmu lagi!"
"Kalau begitu kau harus mati!" Mulut pistol mengarah ke tubuh Jesica, Yeslin melangkah maju tapi tangan Jesica menahannya. Jesica menatap pria di depannya dengan tajam.
"Masa perburuanmu telah berakhir. Setelah ini tidak akan ada lagi wanita yang akan menjadi korbanmu. Kau tidak akan bebas dalam waktu dekat."
Terdengar bunyi sirene mobil polisi di luar dan bersamaan dengan pintu digedor. Polisi berseragam masuk dan meringkuk ketiganya. Sambil berjalan, pria itu berkata,
"Setidaknya kita selalu bersama."


Biodata:

Fitriana Nurazmi lahir diteratak air hitam, pada tanggal 06 Maret 1997. Anak kedua dari 3 bersaudara. Sudah menyukai menulis semenjak kecil. Menyukai membaca, menonton anime, manga, drama Korea, dan mendengarkan lagu berbahasa Jepang juga Korea. Pecinta kucing yang terobsesi menjadi seperti idolanya JK. Rowling. Dan kini tengah sibuk dengan menulis novel di Wattpad dengan akun Victory_Prota. Akun instagram bernama sama yakni; victory_prota.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Cerpen - Teror Si Raja Setan - Fitriana Nurazmi - Sastra Indonesia Org"

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.