Kehilangan selalu hadir dengan caranya sendiri,tenang, pelan, tetapi meninggalkan ruang kosong yang tidak segera tertutup. Dalam perjalanan seorang penulis, kehilangan bukan hanya peristiwa, melainkan bahan baku emosi yang membentuk bahasa. Tiga puisi pendek berikut lahir dari upaya merekam jejak-jejak yang ditinggalkan waktu.
Puisi pertama, “Jejak yang Tidak Pulang”, menggambarkan bagaimana sebuah kenangan tetap bertahan di ambang pintu. Di halaman rumah, angin masih menghidupkan langkah yang tak lagi kembali. Waktu bergerak tanpa ragu, tetapi hati tetap berhenti pada pintu yang menunggu.
Puisi kedua, “Ruang yang Kau Tinggalkan,” mengajak pembaca melihat bahwa kehilangan tidak selalu tentang ketiadaan; terkadang, justru suara-suara kenangan yang tetap bersisa. Ada sudut dalam hidup yang tidak dapat ditata ulang, karena di sanalah nama seseorang pernah diam.
Puisi terakhir, “Saat Malam Mengingat,” berbicara tentang malam yang mengembalikan wajah-wajah yang pernah ada. Tidak untuk dihidupkan kembali, tetapi untuk dilalui dengan tenang. Sebab pada akhirnya, kehilangan juga mengajarkan cara hati belajar pulih.
Tiga puisi ini adalah potret kecil tentang bagaimana manusia berdamai dengan jeda, dengan ruang kosong, dan dengan apa yang tidak bisa diulang. Dalam sastra, kehilangan bukan akhir, melainkan pintu menuju pemahaman diri yang lebih dalam.

0 Response to "Antologi Puisi Bertema Kehilangan"
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.