SiMooza

 


SiMooza - iya betul, itu nama penaku. Aku seorang perempuan yang lahir di kota kecil di Jawa Barat, Sukabumi. Aku akan perlihatkan fotoku agar bisa lebih mengenal, ya. 

Menulis sudah menjadi obat dalam kehidupanku, hal-hal yang tidak bisa kuungkapkan bisa tersampaikan hanya dengan deretan huruf acak ini. Terkadang membayangkan dunia hanya berputar pada tulisan membuatku tergugah, meski adakalanya menulis menjadi pembuat buntu di akhir hari. Menulis sama halnya seperti hidup, menyimpan banyak kenangan yang bisa saja terlupakan. Dia mengikat semua hal yang bahkan tak ingin kuikat. Aku sangat menyukai dunia ini, itulah sebabnya banyak hal kulakukan agar kemampuanku tidak jalan di tempat, salah satunya dengan bergabung bersama komunitas yang berisi penulis hebat. Sudah lama sekali, menulis menjadi salah satu gelar yang diikutkan ketika seseorang menyebutkan namaku, sejak SMP lebih tepatnya, meski begitu Sekolah Dasar membawaku ke dunia kepenulisan dan mulai mengikuti berbagai lomba hingga sekarang - kuliah.

Aku ingin sekali menerbitkan buku solo, sayangnya aku belum menyelesaikannya – tentu saja aku akan menerbitkan tulianku segera! Aku banyak mengikuti lomba-lomba yang akhirnya membukukan karyaku, mengikuti Nulis Bareng di berbagai tempat menulis. Sampai saat ini, aku campuran dari buku lomba dan Nubar sudah lebih dari 15 buku, buku lomba pertamaku adalah ‘Belahan Jiwa’ yang terbit di AE Publishing diikuti buku Nubar ‘Tahun yang Tak Berulang’ kemudian buku lomba selanjutnya berjudul ‘5 Masa 5 Makna’, ’05:00 Buku Kelima’, ‘Terisolasi Puisi’, ‘Balasan’, ‘Melukis Tulis’, ‘Terima Kasih’, ‘Party’, ‘Langit Desember’, ‘4 Minggu di Bulan Mei’, ‘Afeksi’, ‘Goodbye’, ‘Selasar Maya’, ‘Senyum Ibu’, dan ‘Kulacino’. Ke-14 buku itu diterbitkan di Ellunar Publisher dan Puspamala  Pustaka.

Banyak sekali pengalaman yang aku dapat dari dunia kepenulisan. Contohnya cara menulisku lebih baik, terkadang saat melihat tulisan zaman dulu rasanya ingin tertawa. Lalu, aku memiliki banyak kenalan dari penulis-penulis hebat. Aku juga masih ingat saat pertama mendapat royalty dari menulis.

Aku pernah mendapat penghargaan dalam menulis, saat sekolah aku menjadi juara pavorit Juri dan harapan 3 dalam FLS2N. Memenangkan berbagai macam lomba saat Lomba antarsekolah. Kemudian, dalam event di AE Publishing aku mendapatkan juara 3 dalam buku Belahan Jiwa. Lalu, selalu menjadi naskah pilihan Juri di berbagai lomba menulis.

Aku sering mendengar pertanyaan ini, tentu saja rasa cintaku terhadap menulis tidak bisa kugambarkan karena terlalu besar. Karena, saat masalah yang kuhadapi terlalu berat, aku tidak bisa mengungkapkan keinginanku, tidak mendapat apa yang kuinginkan jalan terakhirnya yaitu menulis. Menulis selalu ada, karena menulis adalah hidup.

Seandainya aku bisa tahu sampai kapan aku akan menulis, aku akan menjawabnya dengan lantang. Se-lantang penolakanku untuk tidak melakukannya, aku hanya istirahat tidak berhenti, mungkin itu gambaran terbaik saat nanti.

Menurutku, Literasi di Indonesia sangat minim, padahal media literasinya melimpah. Namun, semakin berjalan waktu yang membuat banyak pula perubahan di negara tercinta ini, aku rasa Indonesia bisamencoba bangkit. Banyak penerbit yang mulai menyediakan wadah bagi para pemula, komunitas yang saling memberikan dukungan kepada sesama, dan tentu saja semoga disusul dengan minat baca dari kaum muda.

Entahlah, yang pasti aku suka keduanya. Karena mereka punya tantangan tersendiri, jujur saja saat pertama kali menulis aku lebih senang menulis non fiksi, karena aku piker setelah mengalaminya aku bisa lebih tahu dan lebih banyak memberikan rasa cintaku terhadap tulisan. Namun, fiksi tidak kalah menarik. Aku sering membuat cerita dengan gendre ini dan mendapatkan umpan balik yang baik, tentu saja keduanya sangat kusukai.

Aku lebih suka menulis Novel – meski naskahku belum selesai, aku pernah coba membuat naskah scenario, tetapi seperti bukan fashionku. Karena novel selalu memuat ide dan tema cerita aku lebih suka menulis Novel. Sedari kecil, aku melihat penulis yang hebat menerbitkan buku yang bagus dan itu tetap membuatku kagum sampai sekarang.

Tantangan dan hambatan saat menulis banyak sekali, aku pernah rehat dari menulis saat SMA karena saat itu banyak temanku yang berkata aku sok puitis. Banyak orang yang kadang mengolok-olok, kok bisa aku ingin menjadi penulis? Padahal gajinya tidak besar dan pasti melelahkan. Terkadang tantangan dan hambatan terberat datangnya dari orang terdekat dan itu cukup melelahkan. Namun, setelah dewasa aku mulai berpikir bahwa semua itu tidak bisa lagi menghentikanku dan sekarang aku membuat semua itu sebagai lecutan sehingga dapat bertumbuh.

Aku seorang mahasiswa semester 3 dan itumenyita banyak waktu dari tugas akademik dan organisasi. Aku selalu mengusahakan menulis dalam tiap kesempatan, meski kusadari saat ini menulis bukan prioritas utamaku. Aku akan terus menulis sampai nanti dia menjadi prioritas dan tidak terganti.

Aku ingat sekali, orang tuaku tidak pernah melarang apa pun yang membuatku bahagia asal dalam konteks yang baik. Tentu saja keluargaku mendukung, mereka adalah support system terbaik. Meski terkadang lelucon terus bermunculan saat aku mulai menulis, tidak apa, itu masih dalam batas wajar – aku masih bisa menganggapnya sebagai candaan.

Saat pertama kali menulis, aku hanya merasaingin menulis. Kemudian waktu berlalu dan banyak hal yang terjadi, aku punya seseorang yang membuatku ingin terus menulis. Bahkan saat buntu, dengan mengingatnya aku bisa perlahan memikirkan cara agar aku tidak stuck di sana, meski aku yakin orang itu tidak tahu aku terus mengaguminya.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "SiMooza"

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.