Kesalahan Umum dalam Menulis Cerpen: Pelajaran Berharga bagi Penulis Pemula


Cerpen atau cerita pendek adalah bentuk karya sastra yang padat, ringkas, namun penuh tantangan. Meski terlihat sederhana, menulis cerpen yang kuat membutuhkan ketajaman naratif, pengendalian emosi, dan disiplin struktur. Sayangnya, banyak penulis pemula—dan bahkan yang sudah berpengalaman—masih terjebak dalam sejumlah kesalahan umum yang membuat cerpen mereka kehilangan daya pukau.


Menurut sejumlah editor dan pengamat sastra, ada beberapa kesalahan klasik yang kerap dijumpai dalam naskah cerpen.


1. Gagasan yang Terlalu Umum

Banyak cerpen gagal mencuri perhatian karena mengangkat tema yang terlalu biasa tanpa sudut pandang baru. Cerita tentang cinta, perpisahan, atau keluarga bisa sangat kuat, namun tanpa pendekatan yang unik atau emosi yang tajam, kisah tersebut mudah dilupakan.


2. Terlalu Banyak Deskripsi, Kurang Aksi

Penulis sering kali terjebak dalam deskripsi panjang tentang latar atau perasaan tokoh, tetapi lupa membangun aksi atau konflik yang menggerakkan cerita. Cerpen sejatinya membutuhkan efisiensi naratif—setiap kalimat harus mendorong cerita maju.


3. Dialog yang Tidak Alami

Dialog yang kaku atau terlalu “berkata-kata” menjadi momok lainnya. Dialog seharusnya mencerminkan karakter, konflik, dan konteks sosial tokoh. Sayangnya, banyak penulis menulis dialog seperti makalah atau naskah pidato.


4. Penyelesaian yang Tergesa-gesa

Karena keterbatasan ruang, beberapa penulis menyelesaikan konflik dengan terburu-buru, sering kali melalui akhir yang terkesan dipaksakan atau tidak meyakinkan. Padahal, akhir yang kuat adalah momen yang meninggalkan kesan mendalam bagi pembaca.


5. Tidak Memanfaatkan Judul Secara Maksimal

Judul sering dianggap remeh, padahal bisa menjadi pintu masuk yang menggugah rasa ingin tahu. Judul yang terlalu umum, klise, atau tidak relevan dengan isi cerita sering kali membuat cerpen kehilangan daya tarik sejak awal.


“Cerpen bukan hanya soal menulis pendek, tapi soal memilih dengan sangat hati-hati apa yang ingin dikatakan dan bagaimana cara menyampaikannya,” ungkap Nur Afifah, editor lepas dan pengelola komunitas penulis Langit Kata. “Kesalahan umum ini bisa dihindari jika penulis lebih sadar akan peran setiap unsur dalam cerpen.”


Untuk menghindari kesalahan-kesalahan tersebut, banyak penulis disarankan untuk membaca cerpen-cerpen dari penulis kawakan seperti Seno Gumira Ajidarma, Clara Ng, atau A.S. Laksana. Selain itu, mengikuti lokakarya dan membuka diri terhadap kritik juga menjadi langkah penting dalam meningkatkan kualitas tulisan.


Dengan mengenali dan belajar dari kesalahan umum ini, penulis Indonesia diharapkan mampu menghasilkan cerpen-cerpen yang bukan hanya enak dibaca, tetapi juga memiliki kedalaman makna dan kekuatan estetika yang tinggi.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kesalahan Umum dalam Menulis Cerpen: Pelajaran Berharga bagi Penulis Pemula"

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.