Menyesal - Nuraisyah



Menyesal
Oleh: Nuraisyah


Akhir-akhir ini hari yang dilalui Ariel begitu sulit. Tidur tak nyenyak. Makan pun tak enak.
Hari ini tepat setahun selepas diwisuda ia belum mendapat pekerjaan. Pertanyaan-pertanyaan itu
menari-nari di kepalanya. Membuat matanya sulit untuk terpejam. Membuat dadanya sesak.
Ditambah cemoohan teman satu kost yang semakin mendukung gelarnya sebagai “pengangguran”
semakin jelas dan nyata.
“Haduh bro, malang banget sih nasib lo. Gak guna tuh ilmu lo! Mendingan lo dulu kagak usah kuliah
aja, udah dikuliahin malah gak jadi apa-apa. Ngabisin duit orang tua lo,“ ledek teman satu kost Ariel
sambil tertawa.
“Sialan lo! Lo liat aja nanti gue pasti dapet kerja yang lebih bagus dari lo. Baru jadi pegawai Bank aja
udah sombong,“ balas Ariel dengan nada kesal.
Ariel berlalu meninggalkan teman-temannya. Ia masuk ke dalam kamar kostnya yang menjadi saksi
bisu hari-hari kelamnya. Pikirannya kosong. Ia termenung lama menatap ke arah jendela yang tirainya
melambai-lambai dihempas angin. Lamunannya terhenti saat ponselnya berbunyi. “Kring”
Ia meraih ponsel di atas meja.
“Halo”
“Assalamualaikum. Gimana kabar kamu, Nak??”
“Waalaikumsalam. Aries baik-baik aja, Bu. Ibu gimana kabarnya? Sehat kan?”
“Alhamdulillah ibu sehat. Gimana kamu udah kerja, Nak?”
Pertanyaan yang terdengar dari suara telepon itu membuat lidahnya kaku. Ia tak mampu menjawab
pertanyaan ibunya. Pertanyaan itu menghujam jantungnya.
“Anu, Bu. Belum rezeki.” Jawab Ariel mencoba menguatkan hatinya.
“Yowes, sing sabar ya, Nak. Ibu selalu berdoa mudah-mudahan Allah memberi kemudahan dan
melapangkan segala usaha dan rezekimu. Jangan lupa berdoa dan berusaha ya, Nak!”
“Iya, Bu. Makasih ya, Bu. Ibu udah mau ngertiin Ariel.”
“Iya, Nak. Yowes, Ril. Ibu mau buat kue pesanan tetangga. Jaga kesehatanmu, jangan lupa sholat!!”
“Iya, Bu. Ibu juga jangan lupa jaga kesehatan. Assalamualaikum.” Ariel menutup ponselnya dengan
wajah mendung. Semangat dan doa yang disampaikan ibunya membuat hatinya sedikit tenang.
Ariel menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur dan mulai browsing lowongan pekerjaan.
Ariel mendapat info lowongan pekerjaan di salah satu perusahaan asing yang bergerak di bidang
properti. Rencananya besok pagi Ariel akan mengajukan surat lamaran. Ariel akan membuktikan
kepada orang yang sudah meremehkannya bahwa ia pasti mendapat pekerjaan yang lebih hebat dari
orang yang meremehkannya. Ia pasti akan sukses dan membuat orang tuanya bangga.
***
Sejak pukul 05.00 tadi sepasang bola mata yang memancarkan harapan baru sudah terbuka. Ariel
sengaja bangun pagi sekali. Pagi ini adalah harapan baru untuknya. Ariel sudah mempersiapkan
semuanya dengan matang. Segala berkas telah ia siapkan. Ariel memakai kemeja biru kotak-kotak
dengan celana kepper hitam yang membuat tampilannya semakin gagah dan berwibawa seperti
orang kantoran. Kali ini Ariel benar-benar ingin membuktikan bahwa dirinya mampu.
“Woy, lo liat ni gue udah rapi, wangi kayak orang kantoran. Bentar lagi gue jadi manager, lo semua
yang udah ngina gue selama ini bakalan sujud di kaki gue!!”  ucap Ariel dengan pede dan sombongnya.
Teman-teman satu kost Ariel hanya geleng-geleng kepala sambil tertawa. Ariel tak peduli. Ia yakin
kali ini ia pasti diterima.
Insting Ariel kali ini sangat kuat. Kepercayaan dirinya kali ini sudah menebal, terkalahkan oleh rasa
malunya.
***
Keesokan harinya Ariel mendapat pesan singkat bahwa dirinya mendapat panggilan interview. Ariel
semakin yakin dirinya kali ini akan diterima. Untuk melampiaskan rasa senangnya, Ariel memutar
music rock kesukaannya keras-keras sampai larut. Aries terjaga sampai pukul 03.00 pagi. Ariel benar-
benar lupa bahwa ia tidak boleh terlambat lima menit sebelum interview. Ariel sangat menikmati
dentuman suara music rock yang menggaung. Ariel tertidur pukul 05.00 pagi.  Ariel memasang alarm
pukul 05.30 di hpnya.
Suara alarm berdentang keras. Berbunyi berulang kali. Sepasang mata yang lelah masih terpejam.
Matanya enggan untuk membuka sedikit saja.
Mentari mulai merangkak naik. Cahayanya menerobos masuk lewat tirai jendela kamar Aries. Sorotan
cahayanya menusuk tajam. Membuat mata Ariel risih. Dengan malas, Ariel membuka pelan kedua
bola matanya. Cahaya mentari yang bersinar menyilaukan pandangannya. Ia melirik ponsel yang ada
di sebelahnya. Waktu menunjukkan pukul 07.15. Ariel terperanjat. Ia terbirit-birit masuk ke kamar
mandi. Selesai mandi, Ariel langsung mengenakan baju yang menggantung di balik pintu kamarnya.
Ia mengenakan kemeja putih yang gelombangnya ada di sana-sini menghiasi warnanya yang mulai
memudar. Ia tak punya waktu lagi untuk menyulapnya menjadi kemeja yang rapi. Ariel bergegas pergi
menuju alamat kantor yang diberikan.
***
Ariel tiba di perusahaan tersebut pukul 08.15 WIB. Ariel langsung masuk dan mengetuk pintu kantor.
“Maaf, Pak. Saya terlambat. Tadi jalanan macet sekali Pak, “ tutur Ariel dengan wajah bersalah.
“Tidak ada maaf bagi seseorang yang terlambat seperti kamu! Dari awal saya sudah katakan,
lima menit sebelum interview kamu harus sudah hadir. Saya tidak butuh orang seperti kamu yang
melalaikan waktu, saya minta kamu keluar!!“ ucap ketua HRD perusahaan dengan nada keras.
“Beri saya kesempatan, Pak. Saya janji saya tidak akan mengulanginya lagi Pak,“ pinta Ariel  dengan
wajah sedih.
“Ini adalah perusahaan besar dan asing. Kami tidak sembarangan memilih orang. Tepat waktu adalah
salah satu prinsip perusahaan ini. Lebih baik kamu cari pekerjaan lain sesuka hati kamu. Tempat kamu
bukan di sini. Perusahaan ini hanya menerima orang-orang yang disiplin dan tepat waktu bukan seperti
kamu!!“ ujar ketu HRD dengan nada ketus.
Ariel meninggalkan perusahaan itu dengan wajah lesu dan lemas. Harapannya pupus. Impiannya
hangus. Ia tak menyangka hanya karena menit yang berlalu ia harus kehilangan emas yang harusnya
ia genggam sekarang. Ia benar-benar menyesal dan merasa tak berguna. Ia baru menyadari waktu
sangat berharga.



Biodata Penulis
Nuraisyah dengan nama pena Aisyah Lukee lahir di Pagar Merbau, 10 November 1995. Menetap dan
berproses di Lubuk Pakam, Sumatera Utara. Menyelesaikan studi di Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (FKIP) di UMN Al-Washliyah Medan tahun 2017. Wanita yang hobinya membaca novel
sejak kelas 2 MA ini pernah mendapat penghargaan dari salah satu Perpustakaan Umum Deli Serdang
pada saat duduk dibangku MA sebagai Anggota Perpustakaan Teladan Deli Serdang. Belajar serius
menulis dan mendalami dunia kepenulisan sejak 2017. Dari keseriusannya ini, berhasil mendapat
penghargaan sebagai penulis terpilih pada Januari 2018. Salah satu puisi karyanya telah dibukukan.
Dunia menulis adalah dunia baru baginya. Sekarang menulis adalah salah satu hobi yang baru diminati.


Facebook : Nuraisyah
Instagram : @Nuraiisyah95


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Menyesal - Nuraisyah"

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.