Senja itu Kamu “Adhyastha Cetta” - Siti Nurfadilah


Senja itu Kamu “Adhyastha Cetta” Rindu bagiku adalah ketika aku duduk sendirian di bawah rona jingga sang senja. Mengenang setiap tawa khas dari bibirmu. Masih terngiang dalam memori ingatanku saat kamu memegang erat tanganku, menatap lekat jauh ke dalam mataku, dan berjanji “Aku akan kembali untukmu, untuk melanjutkan potongan kisah yang kita lewati hari ini”. Dan aku menunggu hingga detik ini .... 
 *** 
Pertemuanku di mulai waktu itu, saat Ibu menyuruhku mengantar jajanan khas kota Ciamis ke salah satu kedai langganannya yaitu “Kedai Mang Asep”. Ayuhan sepedaku berhenti tepat di depan kedainya. Laki-laki setengah baya tersenyum memandangiku. Aku membalasnya. “Eh neng Arini, panjang kawih, kumaha damang atuh? biasana indung anjeun ngajaga muterna” “Ibu sedang sibuk mang, mang titip sepeda bentar ya?” pintaku “Sok atuh neng” Syukurlah tak banyak pengunjung sore itu. Aku berlarian dengan bertelanjang kaki di bibir pandai, rambutku terombang-ambing, tergerai indah di terpa sang bayu. Sang senja pun turut menari. Menyumbang coretan crayoon di langit sore. Braaaaakkkkkkkk!!! “Maaf, maaf” ucapnya tergesa “Iya tidak apa-apa” jawabku sambil mengibaskan rokku yang kotor oleh pasir pantai Aku dan dia menikmati senja sore yang elok itu, berdua. Awal pertemuan yang indah di bawah pendar sinarnya. 
 *** 
Lambat laun kedekatan antara kita terjalin. Dia selalu goreskan sajak indah dalam jiwaku. Dunia sempat terhenti. Dia terdiam. Ku tengok lekat wajahnya, dan teduh, aku rasakan. Aku tersenyum dan semua kembali normal. Pernah seketika aku dan dia mengalami kecelakaan di sebuah persimpangan jalan. Aku terpelanting jauh dari tempat kejadian. Sementara dia berada di tempat yang sama, terjatuh bersama sepedaku. Dia kritis. Kepalanya terbentur trotoar saat itu. Aku menangis. Waktu berjalan begitu lambat. Seminggu, dua minggu, tiga minggu, ia masih dalam keadaan koma. “Memang ini salahku, harusnya aku tak perlu mengajaknya pergi, sekedar untuk melihat senja” tangisku pecah di samping ranjangnya.
 *** 
Aku percaya keajaiban dan juga takdir. Keajaiban yang menyembuhkannya. Dan takdir membawanya pergi. Ingin ku menyangkal takdir itu. Aku bisa. Namun terlepas dari genggaman. Dia pergi, katanya akan segera kembali seperti janjinya. Ia meninggalkan sebuah sepeda untukku. Dia bilang “Itu hadiah untukmu, anggap saja itu diriku. Jika rindu, kayuh sepeda itu. Ia akan membawamu kepada senja. Kau bisa nikmati senja itu, bersamaku. Meski aku tak berada di sampingmu. Kita melihat langit yang sama. Begitupun dengan senja”
 *** 
Hingga tahun pertama pertemuan kita, aku masih menikmati senja sendirian. Di tahun kedua pun masih tetap sama. Aku masih setia menunggu. Tahun ketiga .... Rasanya pun masih sama, seperti tahun pertama dan kedua. Ada rasa ingin menyerah. Tapi janji itu .... “Aku akan kembali untukmu, untuk melanjutkan potongan kisah yang kita lewati sekarang” Aku masih berharap perihal janji itu, senja dan juga kita. Aku adalah Arini, yang masih merindumu, menunggumu penuhi semua janjimu, yang masih percaya dengan keajaiban dan juga takdir. Aku adalah Arini, yang masih bertemankan senja layaknya bunga camellia merah muda yang kelopaknya mudah terbawa angin. “Adhyastha Cetta” di samping diriku, senja juga merindukanmu. Senja di pantai Pangandaran. Aku harap kau akan datang, di akhir penantianku. 
 ***




Biodata
Siti Nurfadilah gadis kelahiran Surabaya, 27 September 1997. Penulis aktif di sebuah komunitas yaitu Love Suroboyo. Menulis adalah sebuah hobby yang menjadi pengisi di waktu luangnya, dan di luar pekerjaannya sebagai customer service. Beberapa karyanya pernah dimuat dalam antologi puisi dan cerpen Meditasi Tulang (Oase Pustaka, 2017), Nokturne (Kaifa Publishing, 2017),  Sajak Payung Mendung (2017), Apa Kabar Kekasih? (2017), dan novel pertamanya “A,K,&S” (Kaifa Publishing, 2017).
Penulis bisa di hubungi melalui surel: sitinurfadilah50@yahoo.com , facebook: Diielah,  instagram: @diielah .







Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Senja itu Kamu “Adhyastha Cetta” - Siti Nurfadilah"

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.